Thursday, July 23, 2020

ANDUNG NI SI DAME


Kolaborasi: Lince Nainggolan, Pinondang Situmeang

Mallobok taroktok songon hasak ni galumbang
Gomos dihaol ho uju naeng tinggang
Patudu holong ni roham
Holan na mengkel martata hita nadua

Marapi purun do holongku 
Songon holong mu ito na uli lagu
Alai mangkuling ma ina
Ijo do mata ni borua marnida diploma 
Marsipata tu ho ma sudena

Si doli na jogi
Marsomba tu damang dainang
Manangko roha naung solot di roham
Malala rohangki, marsalaon ate ateki

Ala ni holong huleon do sude naummarga
Alai naso laosonmu patik
Bernit nai putihon ni si doli naso huhaholongi ma hape

Magurbak simalolong 
Sai hutailihon tu pudi paima harorom 
Tinggal ma ho haholongan
Dang taranggukhon ponjot ni rohanghi

Dangol nisitaonon on
Sirang nama hita  haholongan
Haol, umma  majo au
Ingot ma ito na uli basa
Pasaut singkolam
Gabe ma ho, anggo holongmi solot do di rohangku
Sahat tu ujung ni ngolungku

Sunday, July 12, 2020

NDANG TARTANGISHON

DANG TARTANGISHON
TUMAGONAN MA TINORTORHON.
by Tomos Situmeang

E tahe, sambor ni sibaran
Siamun paranggiran
hambirang mual tahuan
Di Torsina hatadingan
tu Dangsina so taraduan

Ia binahen tu halang ulu
dipasuda partambuan
Dung pinahundul di talaga
disobur parbasuan

Marisuang do ho manggulut halilu
Ai hot do anak ni raja tung pe di talaga
Alai munsat do juluan molo ditean hatoban

Naeng ho raja panungkunan
Antong mansadi manggorgai
Manghohom mamilangi
Bongoti ma sampuran rea
Adian ni raja, ugasan pardihuta

Ai luntak do saba jonok binahen ni pamolusan
Bangko ni na solhot do masialusan
Tagonan ma ho hohom huhut manangi
Molo tung pe ribur nonang nami

Onma peop tona sian siualu huta
“Ndang tarsuhar na holom dumadang ari,
Ndang tarsigati holong ni na marhahamaranggi"

Sidalianhu doi manise hamu.
Horas ari minggu ma dihita.🙏🏼

Thursday, May 30, 2019

MELAYANG DIANTARA BINTANG 1

1 

RASA SAYANG


Hubungan antara sesama saudara atau sepupu bisa menimbulkan rasa rindu, rasa sayang hingga terbawa mimpi. Tetapi perasaan itu belum tentu merupakan rasa cinta. Namun demikian tidak salah apabila berakhir dipelaminan, baik karena rasa cinta atau mengikuti permintaan orang tua yang masih mempertahankan adat. Apa lagi jika sepupu bersinar seperti bintang.

Ibu saya dan adiknya, paman, dekat sekali ikatan bathinnya dan berniat kelak ingin menjodohkan saya dengan salah satu dari 2 puteri paman. Satu dan lain hal agar ikatan keluarga terus terjalin. Lagi pula itu mengikuti adat.

Sebenarnya, saya dan puteri paman teman bermain sejak masa kanak kanak. Disamping itu, jika libur sekolah prioritas utama adalah mengunjungi paman. Karena itu yang diajarkan oleh ibu, menghormati paman. Sebaliknya, jika Longga dan Jojor libur, kadang menginap dirumah kami. Karena kebetulan jaraknya dekat, hanya 10 kilometer. Lagi pula Lumongga atau dipanggil Longga kebetulan suka masakan Ibu saya. Seperti ikan gulai santan dan panggang ikan segar, yang baru ditangkap nelayan.
Sedang adiknya si Tomboy, Jojor, suka memanjat pohon jambu air dipekarangan rumah kami yang teduh dipinggir kali.  Disaat saat seperti itulah kami di jodoh jodohkan Bapak Ibu. Namun demikian, kami tidak begitu ambil hati, walaupun saya ada rasa senang dan rasa sayang. Sebaliknya, bagaimana perasaan Longga, saya sendiri tidak tahu.

Antara saya dengan Longga dan Jojor sudah terikat hubungan emosianal. Terasa ada rasa rindu jika lama tidak ketemu. Tetapi belum mengetahui itu rasa sayang ataukah ada panah asmara. Tidak mengerti karena waktu di SMA saya giat belajar karena mimpi kuliah jauh ke Jogjakarta.

Dimasa saya kelas 3 SMA dan Longga klas 2, kami berdua pernah wisata ke pantai Pandan, 10 km dari kota Sibolga ke arah Selatan. Karena suka mengebut, Longga biasa pegang erat pinggang saya. Setelah tiba di pantai, kami duduk dibawah pohon nyiur, angin laut menerbangkan rambut panjangnya yang harum ke wajah saya. Kemudian kami kejar kejaran dekat ombak terhempas di pasir putih.
Lalu kami menuju warung tanpa dinding, kemudian memilih ikan aso aso segar untuk dibakar. Dan disantap sambil memandang pulau Poncan nun jauh di teluk. Karena ikan segar, sungguh menggoyang lidah walau hanya dengan bumbu cabe, kecap dan asam. Berhubung udara panas saya lap keringat dari keningnya. Anehnya, dia hanya tertawa.

Karena rencana saya akan pulang kembali ke Jogjakarta, lalu saya antar Longga ke kampungnya di  Simaninggir, 10 km di puncak bukit. Waktu itu menjelang senja, saya sengaja berhenti di kilometer 8.
"Kok berhenti disini bang", kata Longga.
 "Kita ngobrol dulu sebentar". Nampak kerlip kerlip perahu perahu kecil nelayan siap siap mau melaut malam itu.
"Tentang apa bang?", katanya penasaran.
"Gimana hubunganmu dengan baju ijo itu ?"
"Oh itu, begini bang ceritanya, motorku waktu itu kan rusak, dia yang bantu perbaiki, abang tau dari mana ?"
"Dari angin lalu".
"Itu pelatih Paskibara bang".
"Namanya?"

Rrrrrr….tiba tiba sepeda motor berhenti. Lalu Longga yang tadinya duduk rapat langsung berdiri  Agak terkejut Longga berkata :
"Bang kenalin ini Poltak. Ini Leo". Kami pun bersalaman.
"Ngapain kesini, ga tau aturan".
"Apa kau bilang ?"
Poltak berbaju hijau itu mau memukul karena tersinggung.
"Apa kau bilang, ga tahu aturan ?". Tangan Poltak pegang leher baju saya.
"Ya, kau tidak tahu aturan, kenapa ganggu orang".
"Ya sudah, sudah kalian bukan anak kecil", kata Longga memisahkan kami.
"Bang pulang saja ke Sibolga, saya pulang sama Poltak".
"Tidak, saya yang bawa, saya yang antar pulang, suruh dia pergi"
Poltak pun langsung pergi, turun ke Sibolga dengan menggas motornya hingga bannya berderit.

(Bersambung…..)

  

Friday, March 8, 2019

PENGUSAHA MUDA (7)

PINJAM UANG KE BANK

Ketika selesai menjual getah Tumpak berbicara tentang rencana membangun warung menjadi  kios permanen disamping kiri rumah Tumpak di kampung. Mata mamanya memperhatikan dari jauh gerak gerik putrinya.
"Berapa sekarang rata rata omzet kios per hari ?"
"Masih kecil Lian, sekitar Rp 1 juta lah"
"Untung 10%  ,bisa Rp 3 juta sebulan untungnya, lumayan"
"Saya kenal distributor di Medan bisa drop barang, nambah jenis barang"
"Pembayarannya bisa kosinyasi kan"

"Bagimana pembagian keuntutngan ?"
"Seperti biasalah Tumpak 60 : 40, setuju ?"
"Pelit sekali kau Lian dasar..., gimana kalau 80 : 20 ?"
"Ya sudah ditengah tengahlah 70 :30"
"Tengah tengahnya itu 75 : 25"
"Ok, Ok, 75 : 25", sambil salaman dan senyum senyum. Mata mamanya melotot dari jauh, seperti bertanya tanya arti senyum dan salaman itu
"Lian bikinkan Surat perjanjiannya ya, jika aku ada uang hutang Rp 25 juta, kulunasi hutang,, perjanjian kita stop, putus"
"Papa, ma, sudah sepakat pembagian 75 : 25%"
"Bagus bagus", kata papanya ikut senyum.
"Papa pinjam sopir ya, kami mau lihat dulu kios Tumpak di kampung"

"Pak, kiosnya dibuat satu lantai atau ruko ?"
"Satu lantai saja, kalau sudah ramai bikin 2 lantai bisa", kata Tumpak diyakan bapaknya Tumpak dengan senyum dan mengangguk.
"Berapa lamai nanti selesai, baru kita ngomong sama distributor"
"Sebentar, 2 minggu juga jadi"
"Tempat jual bensin, gas dan minyak tanah dipisah saja"
"Pokoknya secukup Rp 25 juta lah"

Menjelang sore, pulang ke Sibolga, mereka mampir di rumah Longga.
"Selamat sore, Longga, apa khabar?", sambil masuk keruang tamu.
Tumpak permisi mau ke kamar mandi :"Jojor mana ?"
"Nanti kuberitahu bang"
"Minum tehnya Lian, ini kue kampung, pisang goreng, makanlah". sambil menyodorkan piring pisang goreng. Su Lian mengambil dan memakannya.
"Tadi dari mana ?"
"Lihat kios tumpak mau dibesarkan jadi permanen, ganti dinding papannya"

"Tamba tehnya boleh Longga, Jojornya mana ya, mandinya lama sekali"
"Ini bang tehnya, Jojor lagi tidak enak badan katannya", kata Longga pada hal Jojor sudah bisik kakaknya dia tidak mau ketemu karena ada Su Lian.
"Ya sudah, jadi tidak jadi nonton nih, ya permisi pulang ya, salam sama Jojor.

Hari Selasa minggu depannya Tumpak menjemput ke sekolah Longga persis waktu istirahat mau diajak ke Bank BRI Unit Singamangaraja, mau diambilkan formulir Tabungan buat papanya karena mau menabung seperti Tumpak. Tapi urusan utamanya mau urus pinjaman dan menyerahkan dokumen. Longga ikut mendengar tanya jawab antara Mantri kredit dengan Tumpak, karena mereka kira pacar atau adiknya.
"Berapa pinjaman yang perlu untuk bisnis getahnya ?"
"Perlunya Rp 15 juta, tapi tidak untuk bisnis getah saja bang, punya kios juga serta jual bensin"
"Omzet sehari totalnya berapa ?"
"Ini bang buku tabungan semua transaksi masuk keluar ada disini karena aku setor semua ke bank, terus aku mau lunasi hutang ke toke Rp 5 juta dan bayar kontan ke keluarga dan tetangga sekitar Rp 5 juta, sisanya untuk modal kios karena kios mau kubangun permanen biar omzetnya bertambah"
"Dokumen apa yang sudah dibawa"
"Ini SIUP, SITU, NPWP dan copy Akte Notaris, kalau Sertifikat tanah masih diurus bang"

"Sudah cukup dulu nanti kuhitung dulu, besok siang saya datang melihat kios dan getahnya"
"Terima kasih, permisi"
"Maaf ini adik atau .....pacar ?"
"Teman bang, bapaknya yang perlu formulir tabungan mau buka rekening katanya".

Di parkiran motor sebelum meninggalkan Bank Longga berkata :
"Hebat kali kau bang, sudah mulai pinjam Bank, ajari aku ya?"
"Kalian kuliah dulu lah nanti bukan seperti kami ini, berkuli"
"Ngomong ngomong, Jojor ga mau ketemu Abang lagi sekarang pada hal Su Lian hanya teman bisnis, tolong jelasin ya, please"
"Sabarlah bang dia masih muda, sekarang dia suka pergi sama Leonard dan mama bapak tidak pernah marah".
Lalu mereka berpisah, Longga pulang ke sekolah dan Tumpak pulang ke kampung.

Betul janji mantri Bank tepat jam 2 siang meninjau usahanya di kampung.
"Stock getahnya mana ?"
"Kan hari pasar langsung dijual ke toke, ada 25 kg di belakang yang dibeli kontan, kalau getah dari keluarga, tetangga dan teman dekat saya bayar kadang tempo 1 - 2 hari, jika dapat kredit mau saya bayar kontan"
"Kapan kios ini selesai dibangun dan barang dari mana ?"
"Dari distributor Medan bang, tapi itu kogsinyasi, tetapi untuk bensin, beras, gula, gas, minyak tanah kan mesti bayar kontan, seminggu lagi kios ini sudah jadi"
"Baik cukup dulu hari ini, nanti beberapa hari saya khabari kalau kepala unit sudah setuju".

Sore harinya Tumpak penasaran mau ketemu Jojor dirumahnya.
"Horas Jojor, bapak ada ?:
"Tunggu bang aku panggil, duduklah", tapi wajahnya tidak ketawa seperti biasanya.
"Jor, tunggu sebentar saya mau ngomong"
"Tidak ada yang perlu dibicarakan", sambil dia masuk memanggil bapaknya.
"Pak formulir tabungannyanya sudah diisi, besok mau saya bawa?"
"Longga ambil dulu formulir itu sama uang Rp 500.000"
"Saya permisi dulu ya pak"Longga mengantarnya sampai ke motornya.
"Jojor mana ?"










   

Friday, February 9, 2018

PENGUSAHA MUDA (6)

HUBUNGAN BISNIS

Related image

Malam itu setelah makan malam, Su Lian dinasehati papa mamanya juga didengar oleh koh dan istrinya sedang anak anaknya tidak mendengar, disuruh bermain game di kamar.
"Belakangan ini kami perhatikan kau dengan Tumpak semakin akrab, ingat ya, loe kan suku Hokkian.mesti kawin dengan satu suku kalau bisa dari daerah nenek moyang kita di Selatan propinsi Fu Jian, loe sudah disekolahkan ke Singapur, malah sekarang dekat dekat sama Tumpak"
"Saya kan hanya ngomong bisnis pa, biar dia mau jadi agen kita"
"Kami perlu mengingatkan saja, jangan loe kasih hati, paling tidak kawin sesama Hokkian, nenek moyang dari Ciangchiu, seperti kebanyakan orang Medan"
"Tumpak orangnya kan baik ma, bukan seperti teman temanku di Singapur yang suka minum, suka judi"
"Loe kan sudah tau gimana kejadian tahun 1998, pembunuhan, perkosaan, pembakaran, biar juga kita warga negara, tetap saja dianggap asing, mau jadi tentara tidak bisa, jadi dokter sulit, akhirnya jadi pengusaha"
"Jadi pengusaha terus kaya, salah lagi", sambung kokohnya lagi.
"Ya sudah sudah cerita itu melulu, bosan", Su Lian mau pergi.
"Eh dikasi tau mau pergi, duduk", kata papanya.

"Justru itu saya mau banyak teman pribumi agar kita diterima,agar mereka baik baik sama kita, kami pemuda zaman sekarang tidak begitu lagi", kata Su Lian dengan enteng.
"Tapi loe mesti ikuti adat nenek moyang kita, lihat koh mu kawin satu suku kan, meneruskan marga kita, marga dari daerah Fujian seberang Taiwan, agar marga loe tidak hilang", kata mamanya.
"Kalau kawin campur memang marga saya hilang, kan tidak", sergah Su Lian, mamanya belum selesai ngomong.
"Loe itu diam dulu, dengar kalau loe kawin sama orang sini kan pake marga mereka dan marga kau hilang diganti marga mama suami", kata papanya membela istrinya.
"Kawin sesama suku Hokkian dibelakang nama anak anak kan ikut marga papanya"
"Jangan keras kepala, hubunganmu dengan Tumpak hanya pertemanan bisnis, tidak lebih"
"Ya ya, sudah ni", sambil dia berdiri dengan muka masam menuju kamarnya.

Ketika Tumpak datang hari Senin berikutnya Su Lian tidak melayani pembayaran getahnya, tidak tampak di toko yang juga jadi rumah tinggal itu. Dia pura pura minta ijin ke kamar mandi sambil tengok kanan tengok kiri. Ternyata abangnya Su Lian mengerti maksudnya, terus dia berkata :"Su Lian sedang menjemput anak anak di sekolah".
"Ya ga apa apa koh"

Sehabis menerima pembayaran getah, Tumpak menuju ke Bank dan ketemu saudara  semarganya.
"Omzetmu akhir akhir ini tambah besar, modalya masih cukup ?"
"Aku pinjam bang dari toke Rp 5 juta, ditawarkan terus sama putri toke"
"Baik kali Amoy itu sama kau, suka kau sama dia ?"
"Ah mana mungkin bang, biasanya mereka kawin dengan satu keturunan dari tanah leluhur, mana mungkin sama kita yang miskin ini"
"Bisa saja, itu lihat itu bapak Pendeta kita kawin sama Tionghoa juga"

"Dari pada meminjam ke toke, lebih baik pinjam kredit saja, jadi kau bebas menjual kemana saja"
"Memang sudah bisa pinjam ya bang ?"
"Sudah bisa, gini saja adek lebih baik dirikan CV dulu biar lebih jago kau, nanti aku bantu urus ke Notaris. Pakai usaha perorangan sebetulnya bisa juga, tapi baiknya pakai CV biar usahamu cepat berkembang, mumpung abang belum pensiun"
"Aku sudah belajar CV, Firma, P.T dan koperasi di sekolah, tapi cuma theory bang, saya kira CV itu hanya untuk pemborong"
"Pelan pelan saja urus ijin ijin seperti Ijin usaha (SIUP), ijin tempat usaha (SITU), pajak (NPWP) di kantor Bupati, kalau ke Notaris nanti saya antar".
"Repot juga ya bang"
"Paling 2 minggu sudah beres, tidak perlu kasih amplop ya, itu sudah tugas mereka. Kalau rumah sudah punya Sertifikat ?"."
"Belum bang, di kampung mana pula pake Sertifikat"

Sudah lebih seminggu Tumpak tidak mampir dan tidak telpon Jojor. Tetapi seperti biasa dia suka raun raun, jalan jalan cari angin dan mampir di kios Tumpal.
Tit tit...."Tolong 10 liter ya kak", katanya kepada kakaknya Tumpal.
"Biar aku saja kak", kata Tumpak.
"Kemana saja bang lama tidak mampir"
"Sibuk Jor urus ijin ijin ke Pandan ke kantor Bupati, memangnya kamu rindu?".
"Abang jangan sombong, aku kan suka jalan sama paribanku, Leo" 

Jojor mulai starter motornya mau pulang, sebuah Fortuner yang tidak asing lagi berhenti. Su Lian dan 2 anak,  ponakannya turun dari mobil.

"Salam Om sama kakak. Om ini namanya Tumpak, kakak ini namanya Jojor"
"Tumben bawa anak anak ?"
"Biar biasa mereka berbaur, biar tidak takut sama orang Batak dan juga bisa melihat banyak rakyat yang miskin, biar mereka peduli sejak kecil, jangan pelit", kata Su Lian pada hal bawa ponakannya biar mama papanya tidak curiga.
"Ini Lian kios yang saya ceritakan itu, masih kecil"
"Saya sudah bicara papa kita mau kerjasama seperti yang pernah kau bilang"
"Berapa kira kira modal bangun kios permanen ?"
"Saya kira Rp 25 juta sudah cukup"
"Ya nanti kalau papa ok, saya setor ke rekeningmu lewat ATM, kutunggu ya di toko"

"Ayo kita ke rumah dulu"
"Salam Ompung, yang perempuan panggil Ompung boru, yang laki Ompung doli"
"Ompung boru sesekali datang ke toko ya?", kata anak laki laki yang agak berani. Sedang anak perempuan agak pemalu.
"Om boleh lihat kandang ayamnya"
"Boleh, boleh, ayo ke belakang", sambil dituntun ompung boru ke belakang.
"Ürr, urr....sini, ini makan", kata anak laki laki sambil lemparkan beras.
"Ompungggg, ada anjing, takut".

"Jojor isi bensin disini ya, bukan di SPBU ?"
"Hanya sedikit kak, takut habis dijalan"
"Äku duluan ya, daaa. jangan lupa ya bang" 










Tuesday, February 6, 2018

PENGUSAHA MUDA (5)

BARANG KONSIGNYASI DAN   TAMBAH MODAL

Image result for kolam renang sibolga hotel

Bisnisnya Tumpak makin hari makin berkembang termasuk penjualan kios disamping rumah yang menjual beragam keperluan masyarakat desa yaitu beras, minyak tanah, gula, mie instan, shampoo, cuka karet dan makanan kecil seperti snack disamping jual bensin.


Seperti biasa sore menjelang petang Longga dan adiknya Jojor suka jalan jalan cari angin ke kampung sebelah, Bonandolok sampai pasar Rampa. Mereka sempatkan berhenti di kios Tumpak sekedar membeli bensin.
"5 liter saja namboru", kata Longga kepada mama Tumpak.
"Eh Longga, apa khabar", kata Tumpak yang baru turun dari rumah utama dari kayu beratap seng, bertangga semen dengan kolong.
Longga sengaja datang agar Tumpak jangan takut sama papanya yang marah karena pulang telat dari sekolah dengan adiknya, Jojor.


"Sudah rame bang kiosnya", kata Longga dengan senyum tulus.
"Ah masih kecil Longga, soalnya pake modal orang lain"
"Abang minjam dari A Kiong ?"
"Tidaklah, saya kan bukan agennya"
"Beli barang ini modal siapa ?"
"He, he, he,,,barang konsignyasinya itu, barang titipan,laku baru bayar, kita ambil untung sedikit"
"Mau juga mereka nitip ya bang ?"
"Sekarang begitu, distributor tidak perlu buka toko dengan bayar pegawai, kita tokonya, dia tidak ada ruginya"
"Pembagian untungnya gimana ?"
"Kita naikin harga, kalau tidak laku, mereka ambil kembali, kita tidak keluar duit"
"Enak juga ya bang, motor kau juga baru", sambil berkaca di spion motornya.
"Kan bayar Rp 1 juta sudah bisa bawa pulang, semoga tidak ditarik toko nanti", kata Tumpak tertawa.terbahak bahak.


"Bapak bilang abang dibayar A Kiong pake Giro, kenapa tidak bayar kontan", kata Longga yang masih belia, klas 2 SMA belum mengerti apa itu Giro..
"Abang saya yang kasih tahu, sekarang saya jadi tahu omzet tiap bulan, suatu waktu saya mau pinjam dari Bank"
"Kapan kapan ngomong sama Bapak dulu bang, saya juga mau tahu juga".
Seperti biasa malam minggu Tumpak mampir dirumah Longga, mereka jalan jalan ke kota, makan atau nonton filem.
"Horas paman, ada Longga?"
"Jojor panggil kakakmu ada Tumpak"
"Kau sudah dapat modal dari A Kiong atau dari bank ?"
"Belum butuh paman, kata abang di bank, nanti beberapa bulan bisa pinjam dari Bank, bebas kita dari pada berutang ke toke, terikat kita"
"Saya sudah lama dagang karet belum pernah pinjam Bank, tolong ambil formulir Tabungan dulu, kasi sama Longga ya"


"Bikin kopi kami dulu Jojor"
"Tidak usah paman, terima kasih, kami rencana mau jalan dulu".
Jojor langsung datang dan ambil kunci motornya Tumpak.
"Kami jalan dulu ya pak"
Longga menyusul bawa helm dan naik motornya sendirian.
"Lihat tuh putrimu, dibonceng sama Tumpak, kata Bapak Longga.
"Nanti juga mereka kuliah, tumpak nanti tinggal di kampung"


Sebelum masuk ke gedung bioskop mereka beli kacang, es cream dan roti, dibayar pake kartu"
"Bisa bayar pake kartu ATM ya bang"
"Ïni bukan kartu ATM, ini Kartu debet"
"Apa gunanya kartu Debet", sambil dia peggang dan perhatikan kartu itu.
"Begitu digesek, tabungan kita berkurang"
"Sering aku dengan Kartu kredit, apa bedanya?"
"Kalau Kartu kredit, kita berhutang ke Bank dan bayar bunga. Kalau Kartu debet, kita pakai uang sendiri"

Habis menonton, mereka makan di Sibolga square di cafe cafe tenda di jalan utama, khusus diwaktu malam.
"Bang ajari kami berenang, biar bisa berenang kayak Su Lian, siapa tahu kita piknik .ke pulau Poncan lagi", kata Longga.
"Sudah diajari bisnis, sekarang minta diajari berenang"
"Nanti ajari pacaran bang", kata Jojor senyum senyum.
"Habis Gerejalah kita besok, ajak saja Leonard".


"Sampai dirumah baru jam 9 malam belum terlalu larut, Longga dan Jojor tidak menduga mereka akan dipanggil Bapak sama mamanya keruang makan, disitu Tumpak sudah pulang.
"Kau Longga ajar ajari adikmu, kau Jojor ingat kau si adikan", kata Bapaknya.
"Jangan sampai kau salah jalan Jojor sampai kau melangkahi kakakmu, ingat itu.
Longga dan Jojor duduk terdiam.
"Jangan bikin malu keluarga", kata Bapaknya.
"Ingat kalian harus sekolah setinggi tingginya, jangan kawin dengan orang kampung", sambung Ibunya.

"Jangan salah, kami tidak marah sama Tumpak, kami orang tua wajib mengingatkan", kata Bapaknya menyudahi kuliah malam itu.

Hari Minggu itu Longga dan adiknya memilih kebaktian di Gereja Sibolga dengan keluarga Leonard agar bisa cepat cepat latihan renang. Sedang Tumpak memilih kebaktian di Gereja kampung dengan orangtua dan kakak, adiknya, seperti kebiasaan mereka sejak masih kecil. Kalau hari Minggu penduduk kampung wajib ke Gereja, mulai dari Sekolah minggu anak anak, Ketahuan siapa yang tidak ikut kebaktian.


Sebelum berangkat sama sama ke Gereja, hand phone Tumpak berbunyi :
"Hallo, hari ini turun ke Sibolga ga, ada yang perlu dibicarakan ?"
"Tentang apa, ngomong saja, habis Gereja kami mau renang ke Pandan"
"Kalau begitu aku ikut, disana kita bicarakan"
"Ok kalau begitu, tunggu ya sekitar pukul 12 atau pukul satu".


Pukul 2 Tumpak dan Su Lian sampai di hotel tempat renang naik Fortuner lama disopiri Su Lian yang memakai rayban hitam, kaos merah dan short.
"Sudah lama kalian ?"
"Lumayan bang, kami duduk duduk saja sambil minum es lihat orang orang renang".
Longga hanya ketawa sambil menyalami Su Lian.
"Lama kali bang", kata Jojor sambil menyiram Tumpak dengan air, jengkel melihat Su Lian bisa ikut  renang. Pasti mereka sudah janjian, pikir Jojor dalam hati.

Su Lian mengajar Longga berenang, sedang Leonard diajari Tumpak.
"Sini Jojor saya ajari", kata Su Lian
Äku mau belajar sendiri"
Tidak lama, Tumpak melatih Jojor agak menjauh ke pinggir kolam, kadang sembur semburan, kadang menyelam bersama, sampai tidak kelhatan.
Setelah setengah jam, giliran Su Lian lomba berenang dengan Tumpak hingga 25 meter ujung Selatan kolam renang. Tumpak kalah cepat karena Su Lian sudah terbiasa di Singapur ketika sekolah disana.


"Dua hari Senin, Tumpak ga setor getah, kenapa ?"
"Sory ya saya jual ke PT.ASL di Sarudik karena harganya lebih tinggi dari kalian". Tumpak bebas menjual kemana saja harga tertinggi karena dia tidak terikat modal dari toke.
"Berapa harga di fabrik rupanya ?"
"Rp 95.000, katanya memenuhi ekspor mereka ke Jerman dan Italy, kapal sudah menunggu di Belawan, katanya mau bikin roda pesawat terbang"
"Minggu depan jual ke kami saja, harganya samalah dengan fabrik, kalau perlu modal bilang ya".
"Ya sekarang perlu modal karena agen, teman sekolah saya sudah beli sampai pasar Parsingkaman". Parsingkaman ini masuk Kabupaten Tapanuli Utara, jalan menuju kota Tarutung.


Jam menunjukkan pukul 15.30.
"Bang sudah lapar nih", kata  Jojor dengan suara keras agar Tumpak dan Su Lian berhenti ngobrol berdua dipinggir kolam"
Ök ok, 3 kali putaran lagi ya"
Mereka berdua berenang bolak balik sepanjang 25 meter tanpa istirahat. Tumpak kedodoran, tertinggal jauh dari Su Lian dengan stroke tangan dan kakinya yang bergerak panjang. Sedang Tumpak kalah tehnik hanya tahu gaya katak saja dengan sekuat tenaga hingga terengah mendekati Jojor.
"Renang memang menguras tenaga, cepat lapar, ayo kita cari ikan bakar".
Mereka naik mobil Su Lian, Tumpak duduk di depan, Longga, Jojor dan Leonard duduk di bangku belakang.


"Kau pilihlah Longga ikannya", kata Leonard.
Karena capek berenang, sambil menunggu ikan dibakar, angin dari laut Pandan berembus segar di pondok penjual ikan. Jojor dengan manja, sandaran mengantuk disisi sebelah kiri dekat Tumpak duduk. Suara ombak kedengaran hingga berdesir ketika sampai di tepi pantai berpasir putih.
"Enak kali ya ikan Sibolga ini, aku tidak pernah lupa", kata Su Lian.
"Ya kak, terutama ikan bakar dengan bumbu kecap, asam, cabe, bawang", kata Longga.
karena pedasnya, walau angin sepoi, tetap saja keringat.
"Ini tissue", kata Tumpak sambil mengelap keringat Jojor disampingnya.
"Uhuk uhuk", batuk Leonard sambil melirik paribannya Jojor. Pariban itu, anak paman, adik ibu yang dalam adat merupakan calon prertama menjadi istri. Itu memang yang diimpikan ibu Leonard, salah satu dari mereka berdua jadi menantunya, meneruskan silsilah keluarga.

Related image


Habis makan mereka sempatkan lari  lari di pantai pasir putih Pandan yang ramai dikunjungi wisatawan dari Kabupaten tetangga. Tempat ini sejak zaman doeloe tempat tujuan Wisata yang dikelola oleh Pemda Tapanuli Tengah yang sekarang ibukotanya pindah dari Sibolga ke kota baru Pandan, hanya 10 km ke arah kota Padangsidempuan, ibukota Tapanuli Selatan.
Jojor terhenti sebentar di belakang, mengingat kembali ketika dia jatuh dan bajunya basah sehingga pakai baju Tumpak menunggu bajunya kering.
"Hayo Jojor", kata Tumpak mundur sambil menarik tangannya.

Pulang ke Sibolga, mereka bawa 2 sepeda motor dan 1 mobilnya Su Lian.
"Bang bonceng aku yah, sudah capek aku yang berenang itu"
"Kan ga enak, tadi kami datang berdua, ya pulang berdua"
"Ya sudah, pergilah karena banyak duitnya, ga usah berteman juga ga apa apa", sambil pergi ke tempat parkir motornya
"Kau sendirilah pulang ya Lian", sambil berlari mendekati motor Jojor.
"Jangan marah sayang", kata Tumpak bergurau. Dicubit Jojor pinggangnya dari belakang

"Yang cemburunya kau ?". Ditarik Jojor telinganya Tumpak dari belakang.
"Kami tadi bicarakan bisnis di kolam renang"
"Aku tidak tanya, kalian pacaran, mana kutahu, aku capek tahu takut nanti waktu pulang naik ke kampung, bisa jatuh ke jurang".
"Ya ya, itu kan cuma alasan", ketawa Tumpak berderai.


Sampai di rumah Mamanya tanya Su Lian.
"Dari mana saja kamu, Tumpak mana, awas ya kalau kau macam macam dengan dia. Ingat ya, jangan lupa adat kita "



www.see-soul.blogspot.com


- Bersambung -



Monday, February 5, 2018

TOKKE NAPOSO (17)

Image result for wings air

"Hallo Jor, didia do ho ?", telpon ni kakaknya Longga sian Medan.
"Dohot donganhu do kak, manogot do au mulak da"
"Nangkin hutelpon, hpmu ndang aktif"
"Ndang adong signya kak"

"Bang nga timbo mata niari, betama mulak"
"Ndang adong pesawat be, manogot pukul 9 adong do Wing air naro sian Medan"
"Ticket ta ndang pp huroha ?"
"Pp do alai marsogot"
"Abang jahat, abang  jahat, mulak saonnari hu hu hu, mar bus malam ma hita", huhut ditutup siadopanna.
"Pukul 9 manogot do tong sahat molo mar pesawat"
Lari ma si Jojor haruar sian lapo rumah makan Aceh i torus manaek opelet. Manali sipatuna si Tumpak, ndang boi dilele opelet i, dipaima ma opelet na asing. Ditelopn, ndang diangkat si Jojor.
Naek ma si Tumpak tu opelet na naeng tu stasiun. Ndang tarida si Jojor. Sai  didiori ndang jumpang, disungkun ma supir ni opelet i :"Dimana pak stasiun bus ke Medan ?"
"Simpang tiga belok kiri"

Betul Jojor di ruang tunggu ni bus malam.
"Au mulak borngin on, homa manaek pesawat, ma hutuhor karcishu"
"Unang gogo soaram"
"Loak dibege halak, abang jahat"
"Marsogot ma hita mulak, manogot sogot ma sahat, sanga dope kuliah"
"Jei sa bilut hita modom na roham, ndang olo au songon si Lian"
"Dua bilut pe hita, janji"
Loja ma annon didalan, 400 km tu Medan, hape manogot sahat do pesawat manogot. Ima di roha ni si Jojor.

"Maaf pak adik saya tidak jadi berangkat hari ini, ini ticketnya", huhut mangalean ticket dohot manjalo hepeng mulak.
"Pak tahu alamat koperasi wanita Ketiara di desa Umang ?
"Naik saja oplet no 5 warna biru nanti akan "ditunjukkan arah ke markas Koperasi itu"
"Beta Jojor manuhor kopi Gayo tu Koperasi"
"Tu aha dope i, nantoari ma dituhor 2 kg"
"Sian Koperasi ido na digadis tu Amerika, Korea, Taiwan dohot Arab, molo boi pajumpang dohot inanta i, porlu botoon alamat ni panuhor di luar negeri".
"Sian dia diboto abang carito ni inanta i ?"
"Hutonton di TV pukul 8 borngin 3 bulan nasalpu, eksportirna, holan tammat SMA do songon au"
"Manuhor kaos majo, aso adong adong ganti ni baju niba"


                              Ibu Rahmah

"Wasalamualaikum, bisa ketemu ibu Rahmah
"Tunggu sebentar, bapak dari mana ?"
"Dari Medan"
"Selamat siang bu, kami dari Medan, ingin tau sedikit tentang kopi Gayo"
"Bapak mau beli atau mau riset ?"
"Saya hanya tammatan SMA bu, rencana mau beli, kalau cocok harga, tapi kalau boleh kami mau minta nama buyers di luar"
"Oh begini saja saya cari dulu dirumah, nanti saya email saja, tinggalkan alamat emailnya saja, kami tidak bisa memenuh semua permintaan"
"Mau ekspor kopi Lintong dan kopi Mandailing bu, jika cocok beli kopi Gayo juga"
"Sudah pengalaman ekspor kopi?"
"Belum bu, tetapi ekspor durian sudah ke Singapur, tolong saya beli 2 kg kopi biji untuk ditest dan 2 bungkus kopi bubuk, untuk diminum sendiri. Jenis kopi ekspor ya bu"
"Terima kasih, wasamualaikum"

Berangkat lagi naik opelet menuju hotel Bunda Aceh.
"Selamat sore, tolong 2 kamar pak"
"Maaf hanya ada 1 kamar"
"Gimana Jojor hanya 1 kamar"
"Ga mau, cari hotel lain saja"
"Hotel dekat sini dimana pak ?"
"Dekat terus lurus saja, lewat simpang empat ada hotel disebelah kiri"
"Terima kasih"

"Selamat siang bu, ada 2 kamar ?"
"Hanya satu pak, tapi jika nanti sore tamu tidak jadi datang ada satu lagi"
"Ambil saja, sudah capek saya, mau istirahat", ninna si Jojor
"Jangan lupa pak, 1 kamar lagi nanti malam"
"Baik baik"
"Maridi majo au, ai bereng ma ni, bed na adong dua Jojor, pola sa kamar nai?"
"Ingkon 2 kamar do, taboan ma ho sa kamar hita"
Haluar si Tumpak sian kamar mandi, ma tarpodom ma si Jojor ala ni loja sian nasogot.

Pukul 7 adong manuktuk pintu. "Tok tok tok"
Dibuka si Tumpak pintu, si Jojor modom dope.
"Ada apa pak polisi ?"
"Apa ada surat nikah ?"
"Kami kan adik kakak, adik saya masih tidur"
"Ikut kami kebawah sebentar"
"Tidak boleh sekamar kalau bukan muhrimnya", kata polisi Syariah. Mungkin petugas hotel melaporkannya, jangan sampai ketahuan, mereka akan dipeiksa polisi yang membiarkan tamu yang bukan muhrimnya menginap.
"Saya tahu tapi kami kakak, adik, lagi pula kami minta 2 kamar, jika nanti ada yang batal, petugas hotel berjanji mau kasih 1 kamar lagi"
"Betul pak, jika tamunya tidak jadi datang baru kami berikan".
"Sedang apa kesini ?"
"Beli kopi pak dari Koperasi Ketiara., saya sudah beli contoh kopi ada di kamar".

Pukul 8 dungo si Jojor ala male.
"Äyo turun kita makan di restoran hotel"
"Malas, telpon ma, room service"
"Tolong room service"
"Baik pak, minta maaf tamunya baru datang, kamarnya full pak"
"Ök, tolong sambungkan room service"

"Jor, kamarna full, tamuna ipe ro"
"Maksudmu gabe sa kamar hita", unang macam macam ho da ?"
"He he, unang mabiar ho, atikna hita do rongkap haduan"
"Marsingkola jo ho asa olo mama hu"
"Tatuhor pe haduan jabunta di Medan unang sai di huta hita"
"Malo hian hu mangarayu ate"
"Hope lomo do roham tu au, didok Su Lian"
"Bohong bohong", huhut disampathon bantal tu si Tumpak, jala margulut nasida dipodoman.